Sejenak ingin sepi, ya sepi. Sepi yang jauh dari keramaian perkotaan yang bisa membuat saya merasa lebih tenang. Sepi yang bukan hanya sepi tapi sepi yang bisa merenung dan mencari inspirasi. Apakah mungkin berkunjung ke desa di kaki gunung adalah solusinya? Atau saya hanya ingin merasakan nuansa desa dengan pemandangan pepohonan hijau yang memukau? Atau saya ingin berinteraksi dengan masyarakat desa yang terkenal dengan keramahan dan kearifan lokalnya?
Akhirnya saya cari informasi sana sini dan scrolling sosmed sampai pusing sendiri. Pada akhirnya saya menemukan jawabannya. Saya menemukan desa yang unik dan penuh inspirasi yang lokasinya ada di kaki gunung Telomoyo. Yes, Desa Menari adalah namanya yang jaraknya 58 KM dari pusat Kota Semarang.
Desa Menari terletak di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Dan tentu saja Desa Menari ini terletak di kaki gunung Telomoyo. Lalu, apa sih yang membuat saya tertarik dengan Desa Menari ini?
Pasti banyak orang yang beranggapan kalau Desa Menari adalah desa yang mayoritas warganya menjadi penari. Ya, memang benar karena mayoritas warga Desa Menari ini kebanyakan warganya adalah seorang penari dan ada 6 kelompok seni tari di Desa Menari yang rutin menggelar pertunjukan kesenian di Desa Menari.
Dari anak-anak sampai orang tua, semua warga Desa Menari bisa menari dan ternyata mereka hanya belajar menari secara otodidak. Jika seorang kakek di Desa Menari itu lincah menari maka bisa dipastikan cucunya juga akan lincah menari.
Sejak masih anak-anak, warga Desa Menari sudah dikenalkan dan dilatih seni tari. Setiap anak wajib menguasai Tari Warok tari khusus anak-anak yang artinya sebagai penyemangat. Butuh waktu satu tahun lamanya untuk anak-anak belajar dan berlatih Tari Warok.
Beranjak remaja, semua remaja tetap dengan senang hati terus latihan menari. Remaja putra berlatih Tari Kuda Kiprah yaitu simbol kegagahan prajurit. Sedangkan remaja putri berlatih Tari Topeng Ayu dengan gerakan yang gemulai dan anggun. Tari Topeng Ayu memberi pesan keharmonisan yang mengingatkan warga untuk menjaga hubungan baik dengan sesama.
Namun, ternyata dulunya Dusun Tanon ini adalah kampung tertinggal karena lokasinya yang jauh dari pusat kota Semarang. Di tahun 1972, hanya ada beberapa anak yang sekolah di Dusun Tanon, itu pun mereka hanya sampai kelas dua SD. Orang tua di Dusun Tanon pun tidak mendukung anaknya untuk bersekolah. Ya, anak-anak dusun Tanon bersekolah atas keinginannya sendiri.
Orang tua jaman dulu di Dusun Tanon beranggapan kalau sekolah dan berpendidikan tinggi umurnya akan pendek dan cepat meninggal dunia karena terlalu banyak pikiran saat meraih pendidikan tinggi itu. Jadi pada akhirnya anak-anak di Dusun Tanon lebih memilih tidak bersekolah dan ikut menanam tembakau karena harga satu keranjang tembakau bisa untuk membeli satu gram emas.
Angin segar itu datang. Di tahun 2005, ada pemuda di Dusun Tanon yang bergelar sarjana dan merupakan pemuda pertama dengan gelar sarjana di Dusun Tanon. Ya, pemuda tersebut bernama Trisno yang merupakan pemuda asli Dusun Tanon.
Apapun halangan dan rintangannya, Trisno harus bersekolah sampai perguruan tinggi walaupun pada awalnya kedua orang tuanya tidak mendukung. Namun setelah lulus dari Universitas Muhammadiyah Surakarta maka orang tuanya dan seluruh warga dusun Tanon merasa bangga.
Setelah bergelar sarjana, Trisno kembali ke Dusun Tanon. Trisno ingin memajukan kampungnya yang tertinggal dan tingkat pendidikan yang rendah. Kenapa Trisno lebih memilih kembali ke kampung halamannya daripada memilih bekerja di ibu kota?
Warga Dusun Tanon beranggapan kalau orang bekerja itu harus keluar dari kampung dan berangkat pagi pulang sore. Trisno ingin mengubah pendapat tersebut dan pada akhirnya Trisno sendiri yang kembali ke Dusun Tanon dan mulai menata Dusun Tanon.
Di tahun 2009, Trisno kembali ke Dusun Tanon menjadi petani. Awal mulanya Trisno memperhatikan dengan seksama kegiatan sehari-hari warga Dusun Tanon mulai dari bertani di pagi hari walaupun cuaca dingin, melestarikan tarian dan gamelan saat siang hari, dan beternak saat sore hari. Dari situlah muncul ide untuk membangun Dusun Tanon melalui jalur wisata kearifan lokal karena tidak banyak wisata alam yang ada di Dusun Tanon.
Trisno berdiskusi dan mengajak masyarakat untuk berproses bersama membangun Dusun Tanon dan mengubah nama Dusun Tanon menjadi Desa Wisata Tanon. Namun branding Desa Wisata Tanon kurang mendapat perhatian dari banyak orang dan akhir tahun 2012 Desa Wisata Tanon ganti nama menjadi DESA MENARI.
Ya, karena Dusun Tanon itu mayoritas warganya adalah penari dan ternyata ada makna lain yang mendalam dari DESA MENARI yaitu Menebar Harmoni, Merajut Inspirasi, dan Menuai Memori. Lalu, apa makna mendalam dari DESA MENARI?
DESA berasal dari Bahasa Sansekerta DES yang artinya kerajaan. Trisno ingin membangun Dusun Tanon layaknya kerajaan tapi bukan kerajaan yang sebenarnya. Yang dimaksud adalah kerajaan dalam artian menjadi masyarakat yang berdaulat dan bisa mengatur dirinya sendiri.
Sedangkan MENARI (Menebar Harmoni, Merajut Inspirasi, dan Menuai Memori) yaitu menebar harmoni dengan menjadi manusia yang cinta alam, cinta lingkungan, cinta kepada sesama manusia dan cinta kepada Tuhan. Sedangkan merajut inspirasi yaitu semua orang di Dusun Tanon bisa menjadi guru dan bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang datang ke Dusun Tanon. Menuai memori maksudnya adalah Dusun Tanon ingin diingat sebagai dusun dengan kesederhanaan dan kearifan lokalnya.
Jadi, DESA MENARI ini adalah laboratorium sosial yang bergerak di ranah konservasi meliputi konservasi profesi asli masyarakat, konservasi dolanan tradisional, dan konservasi kesenian lokal. Jadi, Trisno ingin menunjukkan kepada dunia kalau Dusun Tanon punya potensi wisata yang unik dan beda dari yang lainnya.
Ya, jika berkunjung ke Desa Menari maka akan disambut dengan tarian khas Dusun Tanon mulai dari Tari Warok, Tari Geculan Bocah, Tari Kuda Kiprah, dan Tari Topeng Ayu. Di Desa Menari ini juga kita bisa melihat langsung anak-anak yang sedang bermain dolanan tradisional dan kesenian lokal. Kita juga bisa mencoba ikut bermain dalam dolanan tradisional tersebut mulai dari SUDA MANDA, CUBLAK CUBLAK SUWENG, dan EGRANG.
OUTBOUND NDESO DI DESA MENARI
Jangan kamu kira outbound ndeso itu adalah sebuah wahana yang sudah disuguhi dengan destinasi wisata, ya! Karena outbound di Desa Menari ini unik dan menarik tentunya. Ya, Outbound Ndeso di Desa Menari ini yaitu belajar bertani dan beternak.
Jadi, jika kalian ikut Outbound Ndeso ini kalian akan mendapat pengalaman menarik yaitu mulai dari menanam sayuran, panen sayuran, mencari rumput untuk hewan ternak dan memberi makan hewan ternak yaitu sapi dan kambing.
Kenapa Outbound Ndeso di Desa Menari ini bertani dan beternak? Karena sebagian besar warga Desa Menari adalah petani sayuran dan peternak sapi. Ya, tentu saja ini sesuai dengan laboratorium sosial yaitu konservasi profesi asli masyarakat.
PASAR RAKYAT YANG MEMBUAT PENDAPATAN MENINGKAT
Sebelum Dusun Tanon menjadi Desa Menari maka hasil panen Dusun Tanon dijual ke pasar tapi ternyata ongkos menuju pasar itu mahal karena lokasi Dusun Tanon yang jauh. Warga Dusun Tanon merasa bahagia dengan adanya pasar rakyat di Desa Menari ini karena para warga Desa Menari bisa mendapat lebih banyak keuntungan tanpa mengeluarkan biaya atau ongkos. Di pasar rakyat Desa Menari ini menjual hasil panen Desa Menari yaitu buah pisang, sayur kol, wortel, daun bawang, labu, sawi, cabai, dan masih banyak lagi.
DESA MENARI DINOBATKAN SEBAGAI KAMPUNG BERSERI ASTRA TAHUN 2016
Kegigihan dan perjuangan Trisno dalam membangun Desa Menari membuat Trisno meraih penghargaan SATU (Semangat Astra Terpadu) Indonesia Award Tahun 2015 kategori lingkungan. Dan di tahun 2016, Desa Menari dinobatkan sebagai KBA (Kampung Berseri Astra).
KBA (Kampung Berseri Astra) adalah program kontribusi sosial berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar CSR (Corporate Social Responsibility) Astra yaitu pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan kewirausahaan.
Tujuan dibentuknya KBA (Kampung Berseri Astra) yaitu mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah KBA (Kampung Berseri Astra).
PILAR PENDIDIKAN di Desa Menari yaitu anak-anak diajak untuk fokus ke kegiatan membaca buku di perpustakaan Omah Cikal Desa Menari. Tidak hanya untuk membaca buku tapi anak-anak di Desa Menari juga diajak berkumpul bersama membangun desa. Disediakan juga wifi gratis untuk akses belajar sekaligus untuk bikin tugas sekolah.
Anak-anak di Desa Menari juga diajak pilah dan pilih sampah, membuat ecobricks, dan mengurangi penggunaan sampah sekali pakai. Tujuannya adalah agar anak-anak tersadarkan jika buang sampah sembarangan maka bisa mencemari lingkungan.
Di pilar pendidikan, Astra juga ikut serta memajukan pendidikan Desa Menari dengan memberikan beasiswa bagi 36 anak Desa Menari dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Tentu saja anak Desa Menari senang dan bangga karena mendapat beasiswa dari Astra.
“Kita ingin membuktikan, ketika kita diberi bantuan oleh pihak manapun karena memang kita layak. Bukan karena minta belas kasihan. Berkarya lebih baik daripada meminta” - Kang Trisno Penggerak KBA Tanon Semarang
Anak-anak Desa Menari juga merasa senang setelah Trisno mengubah Dusun Tanon menjadi Desa Menari karena anak-anak bisa bertemu dan bercengkrama dengan orang-orang yang berkunjung ke Desa Menari. Harapan kedepannya, anak-anak Desa Menari bisa sukses dan meraih cita-cita yang diinginkan tapi ingat dengan kampung halaman dan ada kemauan yang besar untuk memajukan lagi Desa Menari di masa depan yang akan datang.
PILAR LINGKUNGAN di Desa Menari yaitu konservasi mata air dan perbaikan sanitasi. Kenapa sanitasi di Dusun Tanon diperbaiki? Jika perbaikan sanitasi di Desa Menari sudah dilakukan maka tentu saja akan berdampak baik bagi Desa Menari terutama lingkungan Desa Menari yang menjadi lebih bersih, sehat, dan nyaman.
PILAR KESEHATAN yaitu Srawung Posbindu yang diadakan rutin setiap sebulan sekali di Desa Menari. Apa itu Srawung Posbindu? Srawung Posbindu adalah monitoring kesehatan untuk anak-anak, remaja, dan lansia mulai dari cek berat badan, cek tinggi badan, cek lingkar perut, cek tekanan darah, cek gula darah, dan cek asam urat. Dengan adanya Srawung Posbindu maka warga Desa Menari lebih terpantau kesehatannya.
Pilar kesehatan selanjutnya di Desa Menari yaitu pemanfaatan daun alpukat untuk obat hipertensi. Karena di Desa Menari banyak yang menanam pohon alpukat di pekarangan rumah atau di kebun. Jadi, Desa Menari memanfaatkan hasil kebunnya untuk dijadikan obat hipertensi agar hasil kebun bisa dimanfaatkan dengan baik.
Masih pilar kesehatan di Desa Menari yaitu pembuatan GREENIS. GREENIS ini adalah kue warna hijau yang terbuat dari sayur bayam yang dikeringkan. Setelah bayam jadi serbuk maka diolah menjadi kue yang rasanya manis sehingga anak-anak di Desa Menari tetap bisa makan sayur.
PILAR KEWIRAUSAHAAN di Desa Menari yaitu pasar rakyat, produksi tahu, budidaya kaktus yang dijual secara online sejak tahun 2019, dan produksi sabun susu khas Desa Menari yang merupakan oleh-oleh dari Desa Menari ini.
FESTIVAL LERENG TELOMOYO 2019
Modal awal Trisno membangun Desa Menari yaitu hanya 200 ribu Rupiah saja dan tentu saja didukung dengan kerja sama para warga Desa Menari walaupun pada awalnya para warga meragukan Trisno saat mulai membangun Desa Menari. Apalagi saat mulai membangun Desa Menari itu pemerintah daerah setempat juga tidak mendukung Trisno untuk mulai membangun Desa Menari.
Namun semua orang merasa bangga setelah tahu Desa Menari dengan kearifan lokalnya. Dalam tiga tahun perjalanannya Desa Menari mendapatkan keuntungan 250 juta Rupiah belum termasuk pendapatan per-orang-an warga Desa Menari. 2000 sampai 3000 orang datang berkunjung ke Desa Menari setiap tahunnya.
Warga Desa Menari pun menjadikan rumahnya sebagai homestay untuk wisatawan yang berkunjung ke Desa Menari. Ada sekitar 26 homestay di Desa Menari. Dan di tahun 2017 di gelar acara Festival Lereng Telomoyo 2017 sebagai langkah awal untuk lebih mengenalkan Desa Menari kepada semua orang karena Desa Menari berada di lereng Gunung Telomoyo.
Di tahun 2019, festival tersebut digelar lagi yaitu Festival Lereng Telomoyo 2019 dengan tema “Sumunaring Telomoyo, Semangat Dalam Mewujudkan Keseimbangan Hidup” dan saya berkesempatan hadir di acara tersebut.
Jujurly, saya merasa langsung suka dan terpesona saat pertama kali tiba di Desa Menari kala itu karena disambut pemandangan desa yang hijau, Gunung Telomoyo yang terlihat dari kejauhan, dan keramahan warga Desa Menari yang menyambut saya dan teman-teman blogger Semarang dengan ramah dan baik.
Saya merasa senang karena bisa menyaksikan Tari Geculan Bocah yang diadaptasi dari Tari Warok. Tari Geculan Bocah ini dilengkapi dengan permainan tradisional anak yaitu perang-perangan dan guyonan anak. Dan anak-anak penari Tari Geculan Bocah dirias dengan dandanan yang lucu.
Saya juga menyaksikan Tari Topeng Ayu yang menurut saya bikin kagum sekaligus merinding karena saat pentas Tari Topeng Ayu diiringi dengan bunyi suara gamelan yang menggema dan lagu Tari Topeng Ayu.
“Dusun Tanon Dadi Panggonane, Topeng Ayu Niki Namine” - Salah Satu Lirik Lagu Tari Topeng Ayu
Selanjutnya saya berkesempatan berkunjung ke pasar rakyat Desa Menari yang menjual hasil panen Desa Menari dan saat itu banyak alpukat yang dijual dan banyak yang membeli alpukat di Desa Menari karena buah alpukatnya berkualitas bagus dan harganya lebih terjangkau jika dibandingkan dengan di pasar.
Dan untuk pertama kalinya saya menikmati nasi jagung di Desa Menari dengan sayur urap dan keripik ikan asin. Rasanya tentu saja lezat dan nikmat karena bisa menikmati makanan khas NDESO di Desa Menari ini. Rasanya kurang jika hanya satu hari di Desa Menari, semoga di lain waktu saya bisa berkunjung ke Desa Menari lagi.
BANGKIT LAGI SETELAH PANDEMI USAI, MARI TERUS MENARI UNTUK HARI ESOK YANG LEBIH BAIK LAGI
Pandemi memporak-porandakan semuanya. Ya, di tahun 2020 - 2021 pandemi datang dan semua orang merasakan dampaknya. Saya, kamu, dan semua orang di dunia merasakan dampaknya termasuk warga Desa Menari.
Sebelum pandemi, banyak wisatawan yang berkunjung ke Desa Menari namun saat pandemi tidak ada wisatawan yang berkunjung ke Desa Menari. Tentu saja hal ini berdampak pada pendapatan warga Desa Menari yang berkurang drastis.
Trisno tak tinggal diam. Trisno terus bergerak dan berkarya walaupun Pandemi melanda. Trisno mengajak generasi muda Desa Menari untuk bangga dan berdaya dengan mempertahankan profesi asli masyarakat Desa Menari karena menjadi petani tidak selalu tentang mencangkul.
Konsentrasi utama Desa Menari memang lebih ke konservasi itu, agar anak-anak muda di Desa Menari mau mengembangkan dunia pertanian dan peternakan dengan konsep dan cara anak muda sendiri, kata Kang Trisno.
Kang Trisno ingin agar generasi muda Desa Menari tidak lagi bekerja jadi buruh di tempat lain tapi Kang Trisno ingin agar generasi muda bisa memberdayakan Desa Menari dan menjadikan Desa Menari sebagai tempat tinggal sekaligus sumber penghasilan.
Keinginan dan harapan Kang Trisno yang selanjutnya juga sederhana saja, Kang Trisno ingin agar Desa Menari bisa bangkit lagi dengan sebutan desa tanpa iuran dan menjadi perusahaan sosial berbasis masyarakat yang produktif secara ekonomi dan pemilik sahamnya adalah setiap kepala keluarga di Desa Menari.
Di saat pandemi telah usai, Kang Trisno aktif menulis kesehariannya di blog www.kangtrisdesamenari.com yang tentu saja banyak membahas tentang Desa Menari. Melalui tulisan itu juga Kang Trisno ingin mengenalkan Desa Menari melalui rangkaian kata kepada seluruh dunia. Sosial media Desa Menari yang sempat mati suri pun dihidupkan lagi agar banyak orang tahu kalau Desa Menari masih tetap ada dengan kearifan lokalnya.
Pandemi usai, warga Desa Menari bisa bangkit lagi. Banyak wisatawan yang datang lagi ke Desa Menari. Dari kalangan anak sekolah sampai anak kuliah, dari wisatawan dalam negeri hingga wisatawan luar negeri. Pentas tari mulai tampil lagi dan warga Desa Menari bahagia karena pendapatan akhirnya terisi lagi.
Terima kasih banyak Kang Trisno, sudah kembali ke kampung halaman setelah lulus pendidikan tinggi. Sudah berjuang tanpa henti untuk memajukan Desa Menari walaupun awalnya tidak direstui. Kang Trisno, terima kasih sudah menginspirasi generasi muda untuk tetap berkarya dan berdaya walaupun dari daerah terpencil dan kerja keras tanpa batas hingga akhirnya bisa membangun desa untuk bangsa dan dikenal oleh dunia. Maturnuwun sanget, Kang Trisno.
Sumber Referensi Tulisan dan Gambar : Sosial Media dan Website SATU Indonesia, Sosial Media dan Blog Kang Trisno Desa Menari, dan Dokumentasi Pribadi Siti Faridah
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog Siti Faridah dan meninggalkan komentar 🤩