Halo, Teman Farida!
TRISNO. Itulah namanya. Pemuda desa kelahiran tahun 1981 yang menuntut ilmu di kota tepatnya di Universitas Muhammadiyah Surakarta Jurusan Sosiologi. TRISNO adalah sarjana pertama di kampungnya yaitu di Dusun Tanon.
Seorang sarjana pasti lebih memilih merantau di kota dan melamar kerja dengan harapan bisa bekerja di perusahaan ternama dan mendapat gaji yang tinggi. Namun, berbeda dengan TRISNO. TRISNO lebih memilih pulang ke kampung halamannya setelah TRISNO bergelar sarjana.
Sudah bergelar sarjana tapi kok malah pulang ke kampung? Ingin kerja apa di kampung halamannya itu? Ah, kampung halamannya saja masih termasuk desa tertinggal kok pulang kampung setelah jadi sarjana? Apa nggak eman-eman gelar sarjana yang sudah didapat itu?
Ada alasan kenapa TRISNO pulang kampung setelah bergelar sarjana. TRISNO hanya ingin kampung halamannya yaitu dusun Tanon menjadi lebih baik dan berharap agar semua warganya sejahtera dengan mata pencaharian utama beternak dan bertani.
Mengubah Desa Biasa Jadi Desa Wisata
Setelah pulang ke kampung halamannya setelah bergelar sarjana, TRISNO tak berdiam diri di rumah. Perlahan tapi pasti, TRISNO mengubah Dusun Tanon Desa Ngrawan yang ada di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang menjadi desa wisata.
Lalu, apa yang menjadi objek wisata di Dusun Tanon jika tidak ada objek wisata di Dusun Tanon? TRISNO berfikir dan akhirnya muncul ide untuk mengangkat kearifan lokal masyarakat dusun Tanon dan tradisi budaya yang ada di dusun Tanon.
TRISNO mengajak masyarakat dusun Tanon dari mulai anak-anak hingga orang tua untuk gotong royong bersama-sama membangun dusun Tanon menjadi desa wisata dengan kearifan lokal. Dengan modal 200 ribu Rupiah, TRISNO dan warga kampung dusun Tanon bergotong-royong untuk mengubah dusun Tanon menjadi desa wisata. Tapi, banyak warga yang meragukan usaha dan kegigihan TRISNO saat mengubah dusun Tanon menjadi desa wisata.
Pemerintah daerah setempat juga tidak mendukung TRISNO saat ingin memajukan dusun Tanon. Tantangan lainnya adalah sumber daya manusia di dusun Tanon yang berpendidikan rendah sehingga TRISNO merasa kesulitan untuk untuk memajukan dusun Tanon.
Tetap semangat dan pantang menyerah hingga akhirnya dusun Tanon berubah menjadi desa wisata dengan nama baru yaitu desa MENARI (Menebar Harmoni, Merajut Inspirasi, dan Menuai Memori). Karena semangatnya dalam membangun dusun Tanon, TRISNO mendapat penghargaan SATU Indonesia Awards Tahun 2015 Kategori Lingkungan.
Mendapat penghargaan tak membuat TRISNO merasa sombong dan berpuas diri. TRISNO tetap semangat untuk tetap terus memajukan dusun Tanon hingga akhirnya dusun Tanon dinobatkan sebagai Kampung Berseri Astra di tahun 2016 dan merupakan Kampung Berseri Astra pertama di Jawa Tengah. Dan berikut ini adalah wisata dengan kearifan lokal dan budaya yang ada di dusun Tanon yaitu,
1. Wisata Pertunjukan
Saat pertama kali datang ke dusun Tanon maka kita akan merasa sejuk dan nyaman karena dusun Tanon berada di Lereng Gunung Telomoyo. Para warga yang ramah juga menjadi hal yang menyenangkan saat berkunjung ke dusun Tanon.
Baca Juga : Festival Lereng Telomoyo 2019
Dusun Tanon memiliki wisata pertunjukan yaitu penampilan tari dan penampilan pukul lesung. Penampilan tari adalah sebagai wujud cinta budaya dan melestarikan budaya. Tari Geculan Bocah dan Tari Topeng Ayu adalah bentuk wujud melestarikan budaya di dusun Tanon.
Tari Geculan Bocah adalah tarian yang dibawakan oleh anak-anak usia TK – SD. Anak-anak terlihat lucu dan kompak saat menarikan tari Geculan Bocah. Tari Geculan Bocah juga diiringi dengan guyonan anak dan anak pun didandani dengan riasan yang lucu.
Saya merasa terhibur saat saya menyaksikan langsung Tari Geculan Bocah karena mengundang gelak tawa yang menontonya dan penonton akan merasa gemas dengan anak-anak yang dengan lincah menari Tari Geculan Bocah yang diselingi dengan guyonan dan permainan anak.
Tidak hanya penampilan tari Geculan Bocah saja yang unik. Ada yang lebih menarik lagi yaitu Tari Topeng Ayu. Jika tari Geculan Bocah dibawakan oleh anak-anak maka tari Topeng Ayu dibawakan oleh remaja putri yang masih SMP – SMA.
Menarik dan unik. Itu kesan saya saat pertama kali melihat kostum tari Topeng Ayu. Dengan kostum warna hitam dan warna warni menjadi ciri khas kostum tari Topeng Ayu. Penari tari Topeng Ayu juga dirias dengan riasaan warna yang sama dengan kostumnya. Para penari Topeng Ayu memakai sepatu dan di atas sepatu ada kerincing-kerincing yang menjadi ciri khasnya.
Merinding dan kagum. Saat pertama kali melihat langsung pertunjukan tari Topeng Ayu di halaman rumah salah satu warga dusun Tanon kala itu. Alunan irama musik gamelan dan lagu tari Topeng Ayu yang keras dan penuh semangat membuat saya merinding sekaligus kagum karena saya baru tahu ada tarian semenarik ini di dusun Tanon.
Selain bisa melihat pertunjukan tari di dusun Tanon. Kita juga bisa melihat secara langsung persiapan mereka sebelum menari. Dan kita bisa menyewa kostum tari Topeng Ayu hanya dengan membayar lima ribu Rupiah saja.
Tidak hanya pertunjukan tari saja. Ada juga pertunjukan memukul Lesung yaitu menumbuk padi dengan ALU dan wadahnya Lesung. ALU adalah tongkat panjang yang digunakan untuk menumbuk padi agar padi terpisah dari kulitnya dan berubah menjadi beras. Sedangkan Lesung adalah wadah yang digunakan untuk tempat menumbuk padi. Memukul Lesung dengan ALU secara bersama hingga berirama. Ya, kita bisa menyaksikan para ibu-ibu di dusun Tanon saat memukul Lesung. Para wisatawan juga bisa mencoba memukul Lesung dengan ALU di dusun Tanon.
2. Wisata Permainan
Wisata permainan di dusun Tanon yaitu para wisatawan diajak untuk bermain bersama yaitu permainan tradisional seperti SUDA MANDA, CUBLAK CUBLAK SUWENG, dan EGRANG. Rasanya menyenangkan bisa melihat permainan tradisional yang masih ada di dusun Tanon.
SUDA MANDA, permainan dengan potongan bekas genting yang tidak terpakai itu ternyata masih banyak dimainkan oleh anak-anak dan remaja di dusun Tanon. Potongan bekas genting didorong maju ke depan dengan kaki. Jika potongan bekas genting keluar dari garis maka harus memulai lagi dari awal.
CUBLAK CUBLAK SUWENG pun masih bisa kita saksikan di dusun Tanon. Senang rasanya bisa menyanyikan lagu CUBLAK CUBLAK SUWENG sambil melihat anak-anak dan remaja dusun Tanon melestarikan permainan dan lagu CUBLAK CUBLAK SUWENG.
Wisatawan yang datang ke dusun Tanon juga akan melihat remaja dusun Tanon yang dengan lincah berjalan dengan EGRANG. Wisatawan juga bisa berjalan dengan EGRANG untuk melatih diri apakah bisa berjalan dengan EGRANG yaitu tongkat bambu yang digunakan untuk berjalan.
3. Wisata Pertanian
Karena Sebagian besar warga dusun Tanon adalah petani maka kita para wisatawan bisa melihat dengan langsung kebun-kebun warga yang ditanami aneka macam sayur dan buah. Di dusun Tanon ada juga pasar rakyat sehingga para wisatawan yang datang bisa membeli hasil panen pertanian dusun Tanon yaitu buah alpukat dan aneka macam sayuran di pasar rakyat dusun Tanon.
4. Wisata Peternakan
Selain berprofesi sebagai petani, Sebagian besar warga dusun Tanon juga beternak yaitu beternak sapi. Saat datang ke dusun Tanon, wisatawan akan diajak untuk melihat secara langsung peternakan sapi milik warga dusun Tanon. Melihat proses pemerahan susu sapi dan memberi makan untuk sapi.
5. Wisata Penginapan
Dusun Tanon menyediakan 26 homestay untuk para wisatawan yang akan menginap di dusun Tanon. Homestay atau penginapan ini adalah rumah warga yang diubah menjadi homestay untuk para wisatawan yang datang ke dusun Tanon.
TRISNO yang memiliki pandangan berbeda setelah bergelar sarjana untuk membangun desanya. Gotong-royong masyarakat dusun Tanon juga ikut serta membangun dusun Tanon. Tiga tahun setelah adanya Desa Menari ini sudah menghasilkan 250 juta Rupiah belum termasuk pendapatan pribadi dari warga yang berjualan hasil pertanian atau produknya di Desa Menari.
Desa Menari pun semakin dikenal, banyak orang yang berbondong-bondong datang ke Dusun Tanon Desa Menari ini mulai dari anak sekolah, mahasiswa, wartawan, hingga wisatawan dari luar kota atau luar provinsi.
Harapan dan keinginan TRISNO untuk memajukan dusun Tanon yang awalnya diragukan kini malah dibanggakan. TRISNO hanya ingin para pemuda di dusun Tanon tidak menjadi buruh di tempat lain tapi bisa bekerja di kampung halamannya sendiri.
“Lihatlah suatu hal yang sederhana dari sudut pandang yang berbeda, lakukan dengan cara yang berbeda, nikmati prosesnya pasti hasilnya berbeda” – KANG TRISNO
Sumber Informasi dan Referensi : Website SATU INDONESIA dan Dokumen Pribadi Siti Faridah
Salut mbak Farida sama beliau. Dengan hadirnya Desa Wisata Tanon ini saya berharap bahwa anak-anak muda mengenal tari-tarian tradisional dan bisa bangga menari-kannya. Saya sendiri malah belum pernah ke sana mbak
BalasHapus